Senin, 30 Mei 2016

Kesetiaan Sejati

(Ibr. 10:32-39)  
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepada-Nya. Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup” 
(Ibr. 10:38-39).

Kata mengundurkan diri adalah hupestello yang sama artinya dengan menarik diri. Abraham adalah contoh manusia yang tidak mundur dari imannya, walaupun tantangannya begitu berat. Pencobaan demi pencobaan harus dilaluinya. Abraham harus menunggu anaknya lahir setelah istrinya mati pucuk dan ia sendiri sudah sangat tua. Ia harus mempersembahkan anak tunggal sebagai korban bakaran. Sampai mendekati kematiannya Abraham tidak menemukan negeri tersebut. Ia hanya melihat dari jauh, namun demikian ia tidak pernah mau kembali ke Ur-Kasdim (Ibr. 11:13-16). Ujian iman harus dihadapi Abraham bukan hanya sekali saat harus mengurbankan anaknya, melainkan berlangsung seumur hidupnya. Dan, Abraham terbukti setia.
 
Kesetiaan Abraham itulah kesetiaan sejati yang didasarkan iman. Kesetiaan sejati itu bukanlah dimotivasi oleh berkat secara jasmani. Saat ini, masih banyak orang berpikir, jika ia setia, maka ia layak mendapatkan berkat Tuhan. Ia akan kecewa dan marah jika Tuhan tidak memberkati sebagai ganti kesetiaannya. Ia akan mengundurkan diri bahkan berhenti setia karena setia menjadi motifnya mengikut Tuhan. Hal itu benar-benar menyedihkan. 
 
Tuhan takkan bisa disuap dengan kesetiaan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita tiap hari dipakai Allah untuk membangun dan menguji kesetiaan kita kepada-Nya. Proses pembangunan dan pengujian itu akan berlangsung terus-menerus hingga kita dipanggil Tuhan pulang. Mudah bagi-Nya untuk memberkati kita. Namun, yang lebih dipedulikan-Nya adalah bagaimana kita bertumbuh dalam kesetiaan kita kepada-Nya. 
 
Karena itu, janganlah mundur saat kehidupan menjadi sulit untuk kita jalani. Janganlah menarik diri dari jalan hidup bersama Tuhan sesulit apapun jalan yang harus kita lalui. Janganlah kita berharap bahwa dunia yang fana ini akan membaik. Dunia akan binasa. Dan saat itu terjadi, kesetiaan kitalah yang berarti.
 
Renungan
  • Apakah motivasi kesetiaan Anda kepada Tuhan?
  • Bagaimana Anda bisa tetap setia kepada Tuhan dalam kondisi yang kurang menguntungkan?
Saat keadaan buruk, belajarlah tetap setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANIKAH AKU?????????

BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...