Sabtu, 23 Desember 2017

SAAT NATAL: MEMILIKI PIKIRAN KRISTUS (Flp. 2:5-11)


Pendahuluan
1.    Ini merupakan teks tentang Natal yang tidak lazim: tak ada gembala, tak ada orang bijak, bahkan tak ada Yusuf dan Maria.
2.    Namun, teks ini juga memberikan latar belakang Natal dari sudut pandang Allah; berbeda dari pandangan dunia.
3.    Ini juga merupakan paradoks—apa yang menurut dunia tak masuk akal, namun menurut Alkitab, sempurna di mata Allah. Misal: untuk hidup, kita harus mati; untuk menerima, harus memberi; hidup adalah Kristus, mati itu untung; agar berperang dan menang, harus berlutut; hidup kekal, hanya perlu iman; menjadi besar, malah jadi hamba,dst.
4.    Di kalangan jemaat-jemaat Tuhan, paling mudah terjadi kurangnya kasih, persatuan, dan adanya kesombongan. Saat ini, kita ditantang untuk memiliki pikiran Yesus Kristus saat Natal ini—dan kita akan melihat Siapa Dia.

I.     Siapa Yesus?—Anak yang Kekal
1.    Dia setara dengan Allah (2:5-6)—Yun. isos—sama dalam kuantitas dan kualitas (Yoh. 17:5; band. Yes. 42:8); satu dengan Allah (Yoh. 10:30)
a. Dia adalah agen Pencipta (Yoh. 1:1-3)—selalu ada, bertakhta di surga (Kol. 1:16-17)—Saksi Yehowa mengatakan Yesus adalah ciptaan Allah; Mormon mengatakan bahwa Yesus, melalui ketaatanNya mencapai tingkatan sebagai allah.
b.Dia adalah Allah—bukan sekadar manusia yang baik atau nabi yang hebat. Dia adalah Jalan kepada Bapa (Yoh. 14:6)
2.    Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang dipertahankan—bandingan dengan kecenderungan manusia untuk mempertahankan posisinya, mencari kepentingannya sendiri, menganggap diri sendiri yang lebih utama daripada dirinya sendiri; dan mencari puji-pujian yang sia-sia (kenodoxia)—kemuliaan manusia.
 
II.   Menjadi Siapa Yesus?—Hamba yang Mengosongkan DiriNya
1.    Dia telah mengosongkan diriNya (ay. 7)
a.Sosok tradisional Natal—bayi yang tidak menangis, yang bersinar dalam gelap, bahkan bermahkota.
b. Kenyataannya: Dia menjadi manusia yang tahu apa itu menangis, kegelapan, dan direndahkan.
c. kenoo—mengosongkan diri seperti balon yang dikempeskan bukan seperti gelas kosong yang semula berisi air
2.    Seberapa jauh Dia mengosongkan diriNya?
a.Dia menyerahkan pengetahuanNya (tentang Kedatangan Kembali) dan kemuliaanNya (saat di atas Bukit) tetapi bukan ketuhananNya.
b.Mengambil rupa seorang hamba (ay. 7)—pernah memerintah dan dapat memerintah dunia, tetapi memilih melayani; bisa dating sebagai anak raja, anak orang kaya, tetapi malah anak tukang kayu.
c. Saat rela menjadi daging; tanpa reputasi; mengambil rupa seorang hamba; menjadi manusia seutuhnya (band. Ibr. 2:14, 17-18; 4:15; 5:7)—makan, minum, sedih, tidur!
d.Merendahkan diriNya dan taat sampai mati (band. Ibr. 5:8) meski pun Dia tidak harus mati, apalagi mungkin memilih kematian yang tenang.  
3.    Yesus yang sesungguhnya akan sangat tidak menarik bagi kita (Yes. 53:1-5). Hanya orang yang beriman yang mengenaliNya, sementara yang lain mengabaikan-Nya.  
4.    Jika kita memiliki pikiran Kristus, kita pasti akan membuka ruang bagi kebutuhan orang lain. Dan itu selalu perlu pengorbanan. Jika Yesus dapat mengorbankan kemuliaanNya di surge, kita tentunya juga dapat mengorbankan apa yang kita anggap berharga bagiNya.
 
III. Mengapa Yesus Melakukannya? (ay. 9)
1.    Yesus mengosongkan diriNya untuk menjadi sama dengan kita (Rm. 15:1-3; Yes. 53:4-6) 
2.    Yesus melakukannya agar kita bisa memahami apa artinya memiliki pikiran Kristus itu—kerelaan untuk menjadi hamba (band. Yoh. 13)—Yesus membasuh kaki murid-muridNya.
a.Kerendahan hati adalah sesuatu yang harus kita terus doakan, sekaligus sesuatu yang tidak pernah akan kita capai saat kita merasa memilikinya.
b.Kristus rela mati supaya kita hidup dan bukan hidup untuk diri sendiri!
3.    Yesus melakukannya untuk menyelesaikan dosa kita 
4.    Seberapa sering kita tersinggung karena kita tidak mendapat pengakuan dari orang atas apa yang kita pikir pantas atau karena orang menyinggung kita? Orang yang memiliki pikiran Kristus adalah orang yang akan melakukan apapun hanya untuk menyenangkan Dia saja!  
5.    Seberapa sering gengsi dan kesombongan kita menghalangi kita untuk mengakui bahwa kita memang salah, menghalangi kita untuk melakukan sesuatu bagi orang lain karena kita menganggap suatu karya itu remeh dan tidak pantas untuk kita.

KESIMPULAN
  1.  Apa yang Yesus Kristus lakukan ini mengingatkan kita akan visi dan misi Jemaat Tuhan! (Flp. 2:1-4). Ini adalah pilihan! Pilihan yang benar akan membuat jemaat menjadi maju dan besar!
  2. Yesus adalah Allah dan kita harus menaati Dia! Yesus dengan rendah hati melayani, marilah kita juga melakukan hal yang sama—Natal menjadi saat untuk MEMBERI lebih dari MENDAPAT.
  3. Jika Anda merasa terlupakan, diremehkan, atau terhilang, ketahuilah bahwa Allah peduli pada Anda … Dia turun untuk dapat menjangkau Anda. Natal adalah undangan bagi Anda untuk datang!

Melawan Kebosanan Beribadah (1Kor. 15:58)



“…giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
 
Saudara, ada orang Kristen, tetapi bosan beribadah—bosan memuji Tuhan, bosan berdoa, bosan bersekutu, bosan mendengarkan firman Tuhan—sehingga enggan untuk datang beribadah. Segala upaya dilakukan untuk berusaha membuat segalanya nyaman, buat acara semenarik mungkin, buat program semenantang mungkin, tetapi hasilnya tetap sama, ada orang merasa bosan beribadah. Dimana masalahnya? Bukan acara, program, atau nyamannya suasana, tapi hati!!
Pertama, Apakah hatinya sungguh mengasihi Tuhan Yesus? (Yoh. 5:42). Orang yang mengasihi Allah akan memegang perintahNya (Yoh. 14:21), menuruti firmanNya (Yoh. 14:23), dan melakukan perintahNya (1Yoh. 5:2). Ibadah adalah perintah Allah (Kel. 20:8; Ibr. 10:25). Dan orang yang mengasihi Tuhan suka beribadah (Mzm. 122:1). Bahkan orang yang mengasihi Tuhan memiliki prinsip ‘lebih baik ada di rumah Tuhan daripada di tempat lain’ (Mzm. 84:11) karena orang yang mengasihi Tuhan rindu kepada Tuhan (Mzm. 84:3).
Kedua, Apakah dia sungguh anak-anak Allah? (1Yoh. 3:1; 10; Yoh. 1:12). Anak-anak Allah adalah murid-murid Allah (Yes. 54:13)—disciple. Dan Allah akan menghajar—mendisiplin anak-anak/murid-murid yang dikasihi Allah dihajar (Ibr. 12:6; Why. 3:19). Disiplin—chasten—adalah wajar bagi murid-murid (Ibr. 12:6-8). Dan disiplin itu erat kaitanya dengan berlatih (1Kor. 9:27). Latihan itu bukanlah sesuatu yang enak tetapi penting bagi hidup seseorang untuk semakin dewasa (Ibr. 12:11)
Latihlah diri beribadah (1Tim. 4:8); Latihlah diri berdoa (Luk. 18:1); Latihlah diri bersekutu (Ibr. 10:25); latihlah bersaksi (1Kor. 9:27). Itulah pola kehidupan anak-anak Allah yaitu rela didisplin (Mat. 11:28-30).
Ketiga, Apakah ada kerinduan untuk terlibat? (1Kor. 15:58). Tidak heran seseorang menjadi bosan beribadah, karena ia hanya menonton, pasif. Agar tidak bosan, tetapi justru bersukacita, libatkanlah diri (Ibr. 10:24-25). Orang yang mengasihi Tuhan rela melayani Tuhan (1Ptr. 4:10; Gal. 5:13) dan pelayanan tersebut selalu diawali dengan kesetiaan (Mat. 25:21; Luk. 19:17; Luk. 16:10). Ingatlah jerih payah dalam persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia (1Kor. 15:58). 
Karena itu Saudara, ingatlah bahwa Allah menghargai kesetiaan Anda (Mat. 24:45-46). Tunjukkan kasih Anda pada Tuhan, jangan pasif. Biarkan rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Rm. 12:11). ... D.B.

Menghindari Jerat Iblis (1Ptr. 5:8)


Iblis selalu mengharapkan dan berusaha menjatuhkan orang percaya. Dalam usahanya itu, hidup di dunia ini selalu dipasanginya jerat berupa: jerat uang; jerat kekayaan; jerat hawa nafsu kedagingan; jerat hobi atau kesenangan, dll. Kita dapat menghindari jerat-jerat Iblis yang merusak serta membinasakan tersebut. Bagaimana caranya?

Pertama, Jangan sesat atau jangan menyimpang (Mzm. 119:67). Orang-orang Kristen kadang kala mengabaikan kehidupan doa mereka, dan mereka enggan mempelajari Alkitab sebagaimana seharusnya. Saat ini terjadi mereka mulai tersesat dan menyimpang.

Kadang kala, ada yang takut untuk melawan dunia dan daya tariknya karena akan dianggap aneh oleh orang lain. Misal: ikut merokok karena ajakan kawan, ikut pesta pora karena kebiasaan di tempat kerja, dll. Mereka sesungguhnya telah menjadi korban jerat Iblis.

Kita harus mempertahankan kesetiaan hidup kita sehari-hari, semakin mendekat kepada Tuhan setiap hari. Kita harus berdiri teguh bagi Tuhan, dan benar-benar menjauhi wilayah Iblis (Yak. 4:7-8). 
Kedua, Jangan menyombongkan diri (Ams. 16:18). Ada orang Kristen kurang rendah hai. Mereka menginginkan pujian dan hormat orang lain, dan bukan perkenanan Allah (Yoh 12:42-43).

Tuhan Yesus memberikan teladan kerendahan hati. Dia menyatakan bahwa Dia tidak mampu melakukan sesuatu atas diriNya sendiri, tetapi Dia bergantung kepada Allah. Dia menyenangkan BapaNya (Yoh. 8:28-29).

Kita juga harus rendah hati. Kita menghindari jerat Iblis dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan Allah dan menempatkan Dia di tempat yang terutama dan terbaik dalam hidup kita (Yak. 4:10).

Ketiga, Jangan Kompromi (Rm. 12:21). Standar moral dunia ini sangatlah rendah. Kekerasan, penyimpangan seksual, penyalahgunaan obat, narkotika, dan alkohol, ketidakjujuran, dan korupsi merajelela di mana-mana.

Ingatlah dosa adalah dosa dan tidak ada kompromi akan hal itu hanya karena orang lain atau kawan atau masyarakat melakukannya dan telah menjadi kebiasaan. Orang percaya harus mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Dengan tetap melakukannya, kita akan terhindar dari jerat Iblis.

Keempat, Jangan berhenti (Mat. 10:22). Banyak orang Kristen yang memulai kehidupan rohaninya dengan awal yang baik tetapi berhenti dari kehidupan Kristennya karena bosan, capek, dingin, dll. Iblis menyerang, menyimpangkan, dan menarik melalui perangkapnya. 
Ingat, tidak ada masalah yang terlalu sulit, tidak ada ujian yang terlalu susah, tidak ada beban yang terlalu berat bagi orang percaya, karena pertolongan dan anugerah Allah selalu cukup bagi kita.


Ingat pula bahwa di dalam Kristus kita lebih daripada para pemenang (Rm. 8:37-39). Saudara pasti dapat melakukannya! Hanya perlu penyerahan diri dan komimen penuh kepada Tuhan. “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7).

BERANIKAH AKU?????????

BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...