Rabu, 25 Mei 2016

Kata dan Perbuatan

(Mzm. 17:1-15)
Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur” (Mzm. 17:1-3).

Sebuah keluarga sedang duduk bersama dalam makan malam bersama setelah mereka mengikuti ibadah sore di gereja. Sebelum menikmati makanan, sang ayah memanjatkan doa, “Bapa di surga, terima kasih untuk gereja dan pendeta kami, juga untuk semua berkat-Mu ini. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.” Lalu, selama mereka menikmati hidangan makan malam, anak-anak mereka mendengar sang ayah mengkritik segala sesuatu tentang gereja yang baru saja ia syukuri keberadaannya.

“Ayah,” kata anak yang kecil menginterupsi, “Apakah menurut Ayah, Tuhan mendengar doa Ayah barusan?” Sang ayah menjawab dengan penuh keyakinan, “Ya, tentu saja.”

Anak bungsunya itu tampak bingung, “Lalu apakah Tuhan juga mendengar doa Ayah yang baru saja Ayah bicarakan dengan Ibu?” Sekarang, ayahnya yang bingung menjawabnya, “Oh, Ayah pikir demikian.” “Lalu, doa manakah yang kira-kira Tuhan akan percayai?” lanjut anak kecil itu.
 

Sang ayah pun tertegun merenungkan kata-kata anaknya itu. Ya, mulut pun terbukti berdusta saat kata-kata yang keluar dari mulut ternyata bertentangan dengan hati. Kita mungkin tidak selalu menyadari ini terjadi. Namun, ketidakselarasan kata dan perbuatan, mulut dan hati menjadi perjuangan kita tiap hari. Di pagi hari, kita berdoa mohon kesabaran kepada Tuhan. Namun, saat jalanan macet, kita kehilangan kesabaran kita sepenuhnya. Saat siang hari, kita mengucap syukur untuk makan siang, tetapi syukur berubah menjadi sumpah serapah tatkala menu makan siang kita tidak sesuai harapan. Saat petang hari, kita semangat untuk berjumpa dengan keluarga terkasih, tetapi saat kondisi rumah berantakan dan tidak sesuai dengan harapan, semangat itu berubah jadi amarah pada anak-anak kita.
 

Tiap perkataan dan tindakan kita adalah wujud doa yang keluar dari hati. Baik buruknya perkataan dan tindakan kita menunjukkan kondisi hati kita. Kiranya kita rela membiarkan Tuhan senantiasa menguji hati kita agar kita memiliki hati yang benar-benar tulus.

Renungan

Yang manakah yang Tuhan percayai dari diri Anda? Anda yang tampak baik di hadapan manusia ataukah Anda di dalam kamar saat pribadi dengan Tuhan? Apakah perkataan Anda kepada Tuhan konsisten dengan perkataan Anda kepada sesama?
Bagaimana Anda bisa merelakan Tuhan menguji hati Anda setiap hari?
Belajarlah untuk terus menyelaraskan kata dan perbuatan dengan Firman Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANIKAH AKU?????????

BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...