Minggu, 29 Mei 2016

Batu-Batu Hidup

(1Ptr. 2:1-10)
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (1Ptr. 2:5).

Dari sudut pandang modern kita sangat mudah untuk membayangkan gereja sebagai suatu bangunan yang dibangun dengan besi, kayu, batubata, dan semen. Ketika Perjanjian Baru berbicara tentang gereja, itu selalu berbicara tentang orang. Sesungguhnya, bukti awal adanya tempat yang diubah arsitekturnya mengjadi tempat ibadah Kristen itu baru ada kira-kira tahun 241-256 Masehi.

Dalam gambarannya tentang gereja, Petrus melukiskan orang sebagai “batu-batu hidup” yang membangun “suatu rumah rohani” dengan Yesus sebagai “batu penjuru.” Dari sudut pandang Petrus ini, gereja itu lebih daripada sekadar bangunan fisik atau bahkan suatu institusi, tetapi orang yang Allah bangun dan kumpulkan bersama dalam persekutuan di dalam Yesus. Penting sekali bagi kita untuk mengingat bahwa apa yang membuat kita menjadi batu-batu hidup yang dibangun sebagai satu kesatuan adalah memastikan adanya batu penjuru itu pada tempatnya. Dalam suatu konstruksi bangunan, batu penjuru ini ditempatkan lebih dahulu di fondasinya dan batu-batu lain ditata dengan mengacu pada batu ini. Jika batu penjurunya lemah atau tidak ditempatkan pada tempat yang tepat, segala sesuatu dalam bangunan itu akan menyimpang.

Cara kita memandang gereja akan sangat menentukan cara kita memahami pelayanan. Tujuan gereja bisa dapat berubah dengan cepat menjadi membangun fasilitas bangunan yang lebih besar atau membangun institusi bukannya membangun orang yang mengasihi dan mengikut Yesus. Kita harus senantiasa ingat betapa pentingnya gereja yang kita sebut rumah itu dibangun di atas fondasi yang kukuh, Yesus Kristus.

Lalu, di atas fondasi yang benar itu, dibangunlah rumah rohani. Ya, gereja harus bisa menjadi rumah bagi orang percaya, kaum imamat yang kudus. Gereja perlu menjadi mezbah bagi persembahan yang akan memuliakan Kristus. Gereja perlu menjadi ajang tiap-tiap batu hidupnya melayani. Dengan demikian, kita benar-benar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Renungan
  • Apakah Yesus menjadi batu penjuru bagi gereja Anda?
  • Apakah Anda benar-benar telah menjadi batu yang hidup yang dipakai membangun rumah rohani?
Jadilah batu hidup yang dipakai untuk membangun rumah rohani di atas batu penjuru, Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANIKAH AKU?????????

BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...