“Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33).
Saudara, sadar atau pun tidak sadar, seringkali kita
tidak menempatkan Tuhan sebagaimana seharusnya—yaitu sebagai yang pertama dan
terutama dalam hidup kita. Misalnya setelah diberkati Tuhan, bukannya
memuliakan Tuhan, tetapi justru membanggakan diri akan berkat itu; kita yang
sudah diselamatkan, tetapi ibadah dan penyembahan kita kepada Tuhan dapat
dihitung atau hanya memenuhi syarat sudah ke gereja, dan sebagainya. Demikiankah
sikap orang Kristen yang sungguh mengasihi Tuhan? Orang Kristen yang sungguh
lahir baru akan selalu menempatkan Kristus di tempat pertama dan terutama
dalam hati, pikiran, perasaan, kehendak perbuatan, dan hidupnya—dia akan
selalu berpikir, “Apakah yang saya katakan, pikirkan, rasakan, dan lakukan ini
memuliakan Tuhan atau tidak?” Berikut ini ada 4 hal yang menunjukkan orang
yang sungguh-sungguh mengutamakan Tuhan:
Pertama,
menempatkan Tuhan di atas kesenangan (Yak. 5:5). Kita
hidup di tengah dunia yang memang mencari kesenangan. Kita membeli berbagai
barang-barang untuk kesenangan diri sendiri. Uang telah dimanfaatkan untuk
mendapatkan kesenangan itu. Misal, uang dipakai untuk membeli TV, dan berusaha
mendapatkan kesenangan itu dari TV, namun akhirnya TV menguasai hidup—ditandai
dengan lebih berat nonton daripada berdoa, baca Alkitab, ke gereja.
Orang percaya seharusnya setia dalam penyembahan kepada
Tuhan dengan senantiasa hadir dalam setiap acara ibadah—bukan hanya cukup
sekali sebagai syarat saja—bahkan seharusnya rela terlibat melayani Tuhan dengan
waktunya (Mat. 6:33).
Kedua, menempatkan Tuhan di atas
kedudukan/prestise/gengsi (Yoh. 6:27). Banyak
orang menjadikan pekerjaan mereka terlalu penting atau lebih penting daripada
Tuhan, sehingga rela mengorbankan jam-jam ibadah dan kehadiran mereka demi
perusahaan—inilah yang disebutkan Tuhan “makanan yang dapat binasa”. Jabatan
dan keuangan memang perlu, tetapi harus dilakukan dengan cara pandang yang
benar. Jangan menempatkan kedudukan/jabatan/gengsi Anda lebih daripada Tuhan
yang memberikan itu semua kepada Anda (Mat. 6:33). Bagaimana jika Tuhan
seketika menurunkan Anda dari jabatan/pekerjaan/kedudukan Anda sekarang
karena melawan Tuhan (baca: Dan. 4:1-37).
Ketiga, menempatkan Tuhan di atas popularitas
(Yoh. 5:44). Suatu hal yang alamiah jika seseorang
meminta pengakuan dari orang lain akan apa yang dilakukannya. Di sekolah,
anak-anak coba untuk menjadi seperti anak-anak lain, demikian juga di kantor,
atau bahkan keluarga yang satu ingin seperti keluarga yang lain dipandang
orang.
Saudara, yang paling penting adalah kita mendapat
pengakuan dari Tuhan Yesus. Pengakuan dari manusia dalam wujud sanjungan dan
pujian hanya akan membuat kita takabur dan akhirnya jatuh. Lakukanlah segala
pekerjaan Anda sebagai pengemban kasih karunia Allah (1Kor. 15:10). Kita
hanyalah hamba-hamba Tuhan yang menjalankan apa yang dipercayakan kita oleh
Tuhan sesuai dengan talenta kita masing-masing (Luk. 17:20). Biarlah pujian itu
datang dari Tuhan dan hanya bagi Tuhan (Mat. 25:21, 23; Luk. 1:38).
Keempat, menempatkan Tuhan di atas harta/apapun yang kita miliki (Luk.
12:15). Sekarang ini adalah abad materialisme.
Harta benda telah memikat hati jutaan orang. Alkitab mengingatkan bahwa cinta
uang—tidak harus punya banyak uang, tetapi termasuk orang yang terus mengejar
uang, serakah, juga pelit—adalah akar segala kejahatan (1Tim. 6:10).
Allah menghendaki kesetiaan total. Dengan apa yang kita
miliki kita dapat melayani Tuhan. Kita dapat memberikan harta benda yang adalah
berkat dari Tuhan itu untuk kemuliaan Tuhan melalui persembahan persepuluhan,
persembahan kasih, bahkan persembahan dengan pengorbanan. Waktu Anda pakailah
untuk hal-hal yang rohani: berdoa, membaca Alkitab, bersaksi, dll. Kemampuan
dan potensi Anda untuk melayani Tuhan.
Marilah hidup sungguh-sungguh menempatkan
Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup Anda. Nyatakan itu dalam segenap aspek
hidup Anda. Tuhan Yesus memberkati (Mat. 6:33).****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar