Saudara yang terkasih, Tuhan
Yesus tidak mengharapkan perceraian. Perceraian itu sinonim dengan perpecahan.
Perpecahan itu merupakan keinginan Iblis baik yang dilancarkan melalui
keinginan duniawi maupun keinginan daging. Alkitab mengajar kita bahwa kerajaan
dan rumah tangga yang terpecah-pecah tidak akan bertahan menghadapi segala
sesuatu (Mat. 12:25). Dengan tegas, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa apa yang
dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia (Mat. 19:5-6).
Saudara, kita harus hidup dalam
persatuan atau hidup sehati dan sepikir (Flp. 2:1-2). Dasar
persatuan—kesehatian dan kesepikiran—kita adalah Tuhan Yesus Kristus.
Karenanya, kita tidak lagi mengenal perbedaan kaya-miskin, terpelajar-tidak
terpelajar, Yahudi-Yunani, dsb (Ef. 2:11-15). Dalam Tuhan Yesus Kristus kita
memiliki kesatuan (Ef. 4:3-6); Allah Bapa yang sama (Mat. 6:9); Roh Kudus yang
sama (Ef. 1:13-14); dan anggota jemaat yang sama. Menceraiberaikan berarti
melawan Tuhan Yesus (Mat. 12:30).
Saudara, kita memiliki kunci dalam
meraih persatuan—hidup yang sehati sepikir itu (Flp. 2:3-5). Kuncinya adalah
kerendahan hati (Flp. 2:5-8); tidak mencari keuntungan diri sendiri melainkan
keuntungan bersama (Flp. 1:21); kasih (1Kor. 13:4-5); dan jangan beri
kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27; 2Kor. 2:11). “Demi nama Tuhan kita Yesus
Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu,
tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir,” (1Kor. 1:10)
demikianlah tegas Paulus kepada jemaat Korintus. Bahkan Gal. 5:19-21
menyebutkan bahwa perpecahan itu sama dengan keinginan daging, dan orang yang
hidup di dalamnya tidak akan masuk dalam Kerajaan Allah.
Saudara, kita selalu mengharapkan
hasil dari berbagai usaha yang kita upayakan. Hasil kebersatuan—kesehatian dan
kesepikiran—itu ialah berkat-berkat yang luar biasa. Berkat-berkat itu antara
lain (1) Doa-doa kita dikabulkan (Mat. 18:19-20); (2) hidup kita diberkati
(Mzm. 133:1-3); dan (3) Tuhan Yesus dimuliakan (Rm. 15:5-7).
Karena itulah, Tuhan Yesus ingin
kita terus bersatu dan kuat di dalam Tuhan. Untuk itulah, kita perlu hikmat
(Pkh. 10:10; Ams. 8:10-13). Dengan bersatu, kita dapat saling membangun dan
menguatkan, dewasa secara rohani, dan tetap bertahan di tengah berbagai
konflik (Gal. 5:24-26).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar