(2Kor. 5:14-17)
“Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2Kor. 5:16).
“You
can’t judge a book by its cover” (Janganlah menilai buku dari
sampulnya) merupakan ungkapan yang lazim kita dengar. Dalam banyak
hal, ungkapan ini benar adanya. Seseorang tidak bisa benar-benar
dikenali hanya dari penampilan lahiriahnya semata-mata. Waktu, usaha,
dan kemauan dibutuhkan untuk membangun hubungan dan untuk benar-benar
mengenal mereka. Paulus menulis kepada jemaat di Korintus bahwa ia
tidak menilai orang dari penampilan luar, sebaliknya ia melihat orang
melalui kondisi rohani mereka. Dia menilai orang dengan apa yang ada
di hati mereka.
“Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2Kor. 5:16).
Meminta pertolongan Allah untuk memandang orang sebagaimana yang Paulus lakukan bisa sangat menolong kita dalam hubungan dengan sesama. Saat kita bekerja, bermain, dan berhubungan dengan orang yang tidak memiliki hubungan dengan Yesus, ada banyak hal yang mereka lakukan mungkin akan mengganggu atau bahkan menyakiti kita. Namun, jika kita memohon kepada Allah untuk memandang mereka melalui mata-Nya, seperti Paulus, kita benar-benar akan melihat orang yang menyakiti kita itu membutuhkan Juruselamat. Dengan pendekatan ini, kita akan didorong untuk berkonsentrasi dalam usaha melihat melebihi perlakuan mereka untuk menolong mereka mengenal Tuhan.
Demikian juga saat kita berhubungan dengan orang yang sudah menjadi pengikut Yesus. Karena kita menyadari bahwa mereka adalah pengikut Yesus, kita menganggap mereka sebagai bagian dari keluarga kita. Allah mengasihi dan memedulikan mereka sebagaimana dia mengasihi dan memedulikan kita. Kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengangkat dan mendorong mereka sama seperti kita ingin Allah membentuk kita dalam kumpulan umat Allah. Pandangan kita terhadap jiwa-jiwa di sekitar kita seharusnya memang memancarkan pandangan Allah terhadap kita.
Dengan penilaian yang benar sebagaimana penilaian Tuhan, kita akan senantiasa disadarkan akan tujuan keberadaan kita untuk memuliakan-Nya. Kita tidak akan menjadi pribadi arogan yang merasa lebih suci karena sudah diselamatkan, tetapi kita akan menjadi pribadi yang peka baik demi menyelamatkan jiwa sesat maupun membangun saudara-saudara kita.
Renungan
- Bagaimana konsep penilaian Anda saat ini? Apakah Anda lebih peduli pada penampilan lahiriah atau batiniah?
- Sehubungan dengan diri Anda sendiri, penampakan lahiriah atau batiniahkah yang lebih Anda perhatikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar