Efesus 4:20-32
Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja
keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri,
supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah
perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang
mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah
dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih
mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu.Selasa, 31 Mei 2016
Senin, 30 Mei 2016
Aku Rela
Tuhan aku rela,
mengosongkan bejana jiwaku ini;
Dari segala keinginanku
dan semua hasrat pribadiku
Tuhan p’nuhi aku,
dengan gairah surgawi yang suci
Agar apapun tak ‘kuingini lagi
hanya Engkau hasratku abadi
Saat kupulang menghadap Bapa
Hanya Engkau yang kumiliki
Kerinduan hatiku
kehausan jiwaku
Dapat ‘kumemandang wajah-Mu
mengosongkan bejana jiwaku ini;
Dari segala keinginanku
dan semua hasrat pribadiku
Tuhan p’nuhi aku,
dengan gairah surgawi yang suci
Agar apapun tak ‘kuingini lagi
hanya Engkau hasratku abadi
Saat kupulang menghadap Bapa
Hanya Engkau yang kumiliki
Kerinduan hatiku
kehausan jiwaku
Dapat ‘kumemandang wajah-Mu
Ujian Kesetiaan
Tuhan takkan bisa
disuap dengan kesetiaan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup
kita tiap hari dipakai Allah untuk membangun dan menguji kesetiaan
kita kepada-Nya. Proses pembangunan dan pengujian itu akan
berlangsung terus-menerus hingga kita dipanggil Tuhan pulang. Mudah
bagi-Nya untuk memberkati kita. Namun, yang lebih dipedulikan-Nya
adalah bagaimana kita bertumbuh dalam kesetiaan kita kepada-Nya.
Kesetiaan Sejati
(Ibr. 10:32-39)
Tetapi orang-Ku
yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri,
maka Aku tidak berkenan kepada-Nya. Tetapi kita bukanlah orang-orang
yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya
dan yang beroleh hidup” (Ibr. 10:38-39).
Kata mengundurkan diri adalah hupestello yang sama artinya dengan menarik diri. Abraham adalah contoh manusia yang tidak mundur dari imannya, walaupun tantangannya begitu berat. Pencobaan demi pencobaan harus dilaluinya. Abraham harus menunggu anaknya lahir setelah istrinya mati pucuk dan ia sendiri sudah sangat tua. Ia harus mempersembahkan anak tunggal sebagai korban bakaran. Sampai mendekati kematiannya Abraham tidak menemukan negeri tersebut. Ia hanya melihat dari jauh, namun demikian ia tidak pernah mau kembali ke Ur-Kasdim (Ibr. 11:13-16). Ujian iman harus dihadapi Abraham bukan hanya sekali saat harus mengurbankan anaknya, melainkan berlangsung seumur hidupnya. Dan, Abraham terbukti setia.
Kesetiaan Abraham itulah kesetiaan sejati yang didasarkan iman. Kesetiaan sejati itu bukanlah dimotivasi oleh berkat secara jasmani. Saat ini, masih banyak orang berpikir, jika ia setia, maka ia layak mendapatkan berkat Tuhan. Ia akan kecewa dan marah jika Tuhan tidak memberkati sebagai ganti kesetiaannya. Ia akan mengundurkan diri bahkan berhenti setia karena setia menjadi motifnya mengikut Tuhan. Hal itu benar-benar menyedihkan.
Tuhan takkan bisa disuap dengan kesetiaan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita tiap hari dipakai Allah untuk membangun dan menguji kesetiaan kita kepada-Nya. Proses pembangunan dan pengujian itu akan berlangsung terus-menerus hingga kita dipanggil Tuhan pulang. Mudah bagi-Nya untuk memberkati kita. Namun, yang lebih dipedulikan-Nya adalah bagaimana kita bertumbuh dalam kesetiaan kita kepada-Nya.
Karena itu, janganlah mundur saat kehidupan menjadi sulit untuk kita jalani. Janganlah menarik diri dari jalan hidup bersama Tuhan sesulit apapun jalan yang harus kita lalui. Janganlah kita berharap bahwa dunia yang fana ini akan membaik. Dunia akan binasa. Dan saat itu terjadi, kesetiaan kitalah yang berarti.
Renungan
- Apakah motivasi kesetiaan Anda kepada Tuhan?
- Bagaimana Anda bisa tetap setia kepada Tuhan dalam kondisi yang kurang menguntungkan?
Saat keadaan buruk,
belajarlah tetap setia.
Minggu, 29 Mei 2016
Sudahkah Hidup?
Di atas
fondasi yang benar itu, dibangunlah rumah rohani. Ya, gereja harus
bisa menjadi rumah bagi orang percaya, kaum imamat yang kudus. Gereja
perlu menjadi mezbah bagi persembahan yang akan memuliakan Kristus.
Gereja perlu menjadi ajang tiap-tiap batu hidupnya melayani. Dengan
demikian, kita benar-benar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Batu-Batu Hidup
(1Ptr. 2:1-10)
“Dan biarlah kamu
juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah
rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan
rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (1Ptr.
2:5).
Dari sudut pandang modern kita sangat mudah untuk membayangkan gereja sebagai suatu bangunan yang dibangun dengan besi, kayu, batubata, dan semen. Ketika Perjanjian Baru berbicara tentang gereja, itu selalu berbicara tentang orang. Sesungguhnya, bukti awal adanya tempat yang diubah arsitekturnya mengjadi tempat ibadah Kristen itu baru ada kira-kira tahun 241-256 Masehi.
Dalam gambarannya tentang gereja, Petrus melukiskan orang sebagai “batu-batu hidup” yang membangun “suatu rumah rohani” dengan Yesus sebagai “batu penjuru.” Dari sudut pandang Petrus ini, gereja itu lebih daripada sekadar bangunan fisik atau bahkan suatu institusi, tetapi orang yang Allah bangun dan kumpulkan bersama dalam persekutuan di dalam Yesus. Penting sekali bagi kita untuk mengingat bahwa apa yang membuat kita menjadi batu-batu hidup yang dibangun sebagai satu kesatuan adalah memastikan adanya batu penjuru itu pada tempatnya. Dalam suatu konstruksi bangunan, batu penjuru ini ditempatkan lebih dahulu di fondasinya dan batu-batu lain ditata dengan mengacu pada batu ini. Jika batu penjurunya lemah atau tidak ditempatkan pada tempat yang tepat, segala sesuatu dalam bangunan itu akan menyimpang.
Cara kita memandang gereja akan sangat menentukan cara kita memahami pelayanan. Tujuan gereja bisa dapat berubah dengan cepat menjadi membangun fasilitas bangunan yang lebih besar atau membangun institusi bukannya membangun orang yang mengasihi dan mengikut Yesus. Kita harus senantiasa ingat betapa pentingnya gereja yang kita sebut rumah itu dibangun di atas fondasi yang kukuh, Yesus Kristus.
Lalu, di atas fondasi yang benar itu, dibangunlah rumah rohani. Ya, gereja harus bisa menjadi rumah bagi orang percaya, kaum imamat yang kudus. Gereja perlu menjadi mezbah bagi persembahan yang akan memuliakan Kristus. Gereja perlu menjadi ajang tiap-tiap batu hidupnya melayani. Dengan demikian, kita benar-benar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Renungan
- Apakah Yesus menjadi batu penjuru bagi gereja Anda?
- Apakah Anda benar-benar telah menjadi batu yang hidup yang dipakai membangun rumah rohani?
Jadilah batu hidup
yang dipakai untuk membangun rumah rohani di atas batu penjuru,
Kristus.
Hidup Itu ...
Hidup ini cuma sekali dan singkat.
Namun, tujuannya bukanlah
BERGELAR, BERHARTA, dan BERTAHTA.
Ada yang tidak fana yang harus dikejar,
PANGGILAN SURGAWI.
Namun, tujuannya bukanlah
BERGELAR, BERHARTA, dan BERTAHTA.
Ada yang tidak fana yang harus dikejar,
PANGGILAN SURGAWI.
Sabtu, 28 Mei 2016
Jangan Biarkan Kosong
Ibrani 10:25
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Selalu Sadar
Bapa, tolong kami untuk selalu sadar bahwa upah kehidupan yang sejati tidak dapat dibeli dan tidak
terdapat dalam kehidupan di dunia ini. Amin.
terdapat dalam kehidupan di dunia ini. Amin.
Kebenaran Itu Ada
“Kuduskanlah mereka
dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yoh. 17:17)
Pernahkah Anda mendengar ungkapan, “Hal itu mungkin benar buat Anda, tetapi tidak buat saya”? Pendapat bahwa kebenaran itu relatif bagi tiap individu dan konteks budaya ini bukanlah suatu hal yang baru. Di kalangan masyarakat Yunani kuno ada sekelompok orang yang disebut Kaum Stoa mengajarkan hal ini. Kelompok ini dikenal sebagai kelompok orang yang berhasil mengembangkan penalaran secara sistematis. Namun yang menarik adalah betapa pun hebatnya filsafat tentang kebenaran relatif ini, tidak seorang pun yang bisa hidup dengan kerelatifan itu.
Coba pikirkan: jika seseorang sengaja berjalan di depan bus yang sedang berjalan, pastilah ada kemungkinan itu akan menjadi akhir hidupnya, entah seseorang itu memercayai ilmu fisika atau tidak. Hukum gravitasi, termodinamika, dan matematika itu benar saat masa Yunani maupun sekarang. Suatu kebenaran atau kesalahan itu tidak tergantung dari orang yang memercayainya. Kebenaran atau kesalahan itu ada, terlepas dari kepercayaan orang.
Kebenaran yang kita yakini adalah bahwa dunia ini diciptakan dan dikendalikan oleh Sang Perancang Agung, Yesus. Apa yang tidak terungkap hari ini dari bumi sebenarnya sudah ada sejak semula, ketika Allah menciptakan dunia ini. Kita percaya akan kebenaran bahwa manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kita meyakini bahwa manusia membutuhkan Juruselamat, dan Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat. Kebenaran itu semuanya diungkapkan dalam Alkitab, inspirasi Allah. Itulah kebenaran sejati yang sama sekali tidak bergantung pada pengakuan orang atau tidak. Entah diakui atau tidak, itulah kebenaran dan kita bisa hidup dalam kebenaran itu.
Kebenaran firman Tuhan adalah pelita bagi jalan kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105). Tanpa Firman Tuhan sebagai pandu, kita hanya akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan hidup kita di dunia fana ini. Firman Tuhan inilah yang akan tinggal tetap ketika segala yang fana ini kelak berlalu.
Renungan
- Bagaimana pandangan Anda tentang kebenaran? Seberapa dalam Anda ingin mempelajari kebenaran?
- Bagaimana pandangan tentang kebenaran sejati itu mengubah banyak sisi hidup kita?
Hiduplah selalu
dalam kebenaran.
Hidup Kudus Itu ...
Hidup KUDUS berarti BERANI:
BERPIKIR beda dengan dunia;
BERPERASAAN beda dengan dunia;
BERKEHENDAK beda dengan dunia;
BERTINDAK beda dengan dunia.
BERPIKIR beda dengan dunia;
BERPERASAAN beda dengan dunia;
BERKEHENDAK beda dengan dunia;
BERTINDAK beda dengan dunia.
Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus.
Jumat, 27 Mei 2016
Motif yang Benar
(Luk. 18:1-14)
“Tetapi
pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani
menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya
Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”
(Luk. 18:13).
Banyak orang datang kepada Tuhan, mungkin dalam persekutuan pribadi maupun dalam ibadah di gereja dengan berbagai motif. Ada banyak alasan mereka datang kepada-Nya. Ada yang mengharapkan kesembuhan dari sakit penyakit. Tidak sedikit yang datang agar Tuhan memberikan kecukupan materi guna memenuhi kebutuhan mereka. Mengharapkan berkat menjadi alasan yang lazim kita dengar. Mereka menangis dan meratap di hadapan Tuhan, menantikan kuasa-Nya bekerja dalam hidup mereka. Karena motif itu, saat pengkhotbah menyampaikan firman Tuhan yang didengar sesuai dengan keinginan mereka, mereka pun bersorak “Amin” dengan segera.
Namun, jika kita mau jujur di hadapan Tuhan, berapa banyak di antara kita yang datang kepada Tuhan karena ingin memperbaiki diri dan karakternya? Berapa banyak yang datang dengan harapan kita akan mendengar teguran dari Firman Tuhan tentang dosa yang harus kita bereskan di hadapan Tuhan? Berapa banyak di antara kita ingin mendengar bagaimana kita telah berlaku buruk terhadap pasangan dan anggota keluarga sehingga perlu bertobat?
Itulah yang dimohon oleh pemungut cukai dalam perumpamaan Tuhan Yesus di atas. Ia memohon belas kasihan Tuhan. Ia meminta pengampunan atas dosa-dosanya karena telah menyakiti banyak orang. Ia datang dengan harapan dapat menyelesaikan masalah rohani di dalam hatinya. Ia tidak berharap Tuhan menyelesaikan masalah kebutuhannya, kesehatannya, dan lain-lain. Ia tahu masalahnya yang sesungguhnya.
Kita pun perlu bersikap seperti pemungut cukai ini saat datang kepada Tuhan. Menangislah di hadapan Tuhan bukan karena ingin agar Dia memberkati Anda dengan berkelimpahan. Menangislah, bahkan merataplah, jika ada karakter Anda yang sulit Anda ubah. Berharaplah pulang dengan damai karena pengampunan dari Allah bukan karena ketenangan semu karena janji palsu.
Renungan
- Apakah motif Anda saat datang kepada Tuhan?
- Dengan jujur di hadapan Tuhan, adakah hal yang perlu Anda bereskan dengan Tuhan?
Rumah Tangga Itu ...
RUMAH TANGGA itu rumit dan memang perlu diperjuangkan dan perjuangannya itu sama sekali tidak ringan lagi murah ... kalau SEDERHANA itu bukan keluarga, melainkan RUMAH MAKAN.
Menanggung Beban
Terima kasih, Tuhan, untuk mereka yang tidak hanya mau berdoa bagi kami, tetapi juga mau membantu mengangkat beban-beban kami. Bukalah mata dan hati kami untuk meringankan beban orang lain juga. Amin.
Kamis, 26 Mei 2016
Rela Memberi
Ajar kami, ya Allah, bahwa dengan memberi kepada mereka yang membutuhkan, kami memberi kepada-Mu.
Bukalah mata kami untuk melihat mereka yang membutuhkan pertolongan di sekitar kami.
Amin.
Bukalah mata kami untuk melihat mereka yang membutuhkan pertolongan di sekitar kami.
Amin.
Haus
Seperti rusa yang haus
Rindu aliran sungaiMu
Hatiku tak tahan menungguMu
Bagai padang gersang
Menanti datangnya hujan
Begitupun jiwaku Tuhan
Hanya Engkau pribadi yang mengenal hatiku
Tiada yang tersembunyi bagiMu
Seluruh isi hatiku Kau tahu
Dan bawaku untuk lebih dekat lagi padaMu
Tinggal dalam indahnya dekapan kasihMu
Rindu aliran sungaiMu
Hatiku tak tahan menungguMu
Bagai padang gersang
Menanti datangnya hujan
Begitupun jiwaku Tuhan
Hanya Engkau pribadi yang mengenal hatiku
Tiada yang tersembunyi bagiMu
Seluruh isi hatiku Kau tahu
Dan bawaku untuk lebih dekat lagi padaMu
Tinggal dalam indahnya dekapan kasihMu
Bilakah???
Bilakah kupandang wajah-Mu
Di dalam kemuliaan Bapa Surgawi
Rinduku, hausku akan diri-Mu
Bilakah ‘ku di sana s’lamanya
Di dalam kemuliaan Bapa Surgawi
Rinduku, hausku akan diri-Mu
Bilakah ‘ku di sana s’lamanya
Bilakah usai pelayananku
Ketika di depan takhta suci-Mu
Kaupanggil namaku, nama yang baru
Bilakah ‘ku di sana s’lamanya
Ketika di depan takhta suci-Mu
Kaupanggil namaku, nama yang baru
Bilakah ‘ku di sana s’lamanya
Prechorus:
Kaujanjikan langit baru
Dan bumi yang baru
Di mana tiada air mata dukacita
Aliran air kehidupan
Mengalir dari takhta-Mu
Keteduhan, sempurna abadi
Kaujanjikan langit baru
Dan bumi yang baru
Di mana tiada air mata dukacita
Aliran air kehidupan
Mengalir dari takhta-Mu
Keteduhan, sempurna abadi
Chorus:
Bersama orang kudus-Mu
Sujud menyembah s’lamanya
Rinduku, hausku
Bilakah kudiam di sana
Bersama orang kudus-Mu
Sujud menyembah s’lamanya
Rinduku, hausku
Bilakah kudiam di sana
Rabu, 25 Mei 2016
Kristen Sampul Buku
(2Kor. 5:14-17)
“Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2Kor. 5:16).
“You
can’t judge a book by its cover” (Janganlah menilai buku dari
sampulnya) merupakan ungkapan yang lazim kita dengar. Dalam banyak
hal, ungkapan ini benar adanya. Seseorang tidak bisa benar-benar
dikenali hanya dari penampilan lahiriahnya semata-mata. Waktu, usaha,
dan kemauan dibutuhkan untuk membangun hubungan dan untuk benar-benar
mengenal mereka. Paulus menulis kepada jemaat di Korintus bahwa ia
tidak menilai orang dari penampilan luar, sebaliknya ia melihat orang
melalui kondisi rohani mereka. Dia menilai orang dengan apa yang ada
di hati mereka.
“Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2Kor. 5:16).
Meminta pertolongan Allah untuk memandang orang sebagaimana yang Paulus lakukan bisa sangat menolong kita dalam hubungan dengan sesama. Saat kita bekerja, bermain, dan berhubungan dengan orang yang tidak memiliki hubungan dengan Yesus, ada banyak hal yang mereka lakukan mungkin akan mengganggu atau bahkan menyakiti kita. Namun, jika kita memohon kepada Allah untuk memandang mereka melalui mata-Nya, seperti Paulus, kita benar-benar akan melihat orang yang menyakiti kita itu membutuhkan Juruselamat. Dengan pendekatan ini, kita akan didorong untuk berkonsentrasi dalam usaha melihat melebihi perlakuan mereka untuk menolong mereka mengenal Tuhan.
Demikian juga saat kita berhubungan dengan orang yang sudah menjadi pengikut Yesus. Karena kita menyadari bahwa mereka adalah pengikut Yesus, kita menganggap mereka sebagai bagian dari keluarga kita. Allah mengasihi dan memedulikan mereka sebagaimana dia mengasihi dan memedulikan kita. Kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengangkat dan mendorong mereka sama seperti kita ingin Allah membentuk kita dalam kumpulan umat Allah. Pandangan kita terhadap jiwa-jiwa di sekitar kita seharusnya memang memancarkan pandangan Allah terhadap kita.
Dengan penilaian yang benar sebagaimana penilaian Tuhan, kita akan senantiasa disadarkan akan tujuan keberadaan kita untuk memuliakan-Nya. Kita tidak akan menjadi pribadi arogan yang merasa lebih suci karena sudah diselamatkan, tetapi kita akan menjadi pribadi yang peka baik demi menyelamatkan jiwa sesat maupun membangun saudara-saudara kita.
Renungan
- Bagaimana konsep penilaian Anda saat ini? Apakah Anda lebih peduli pada penampilan lahiriah atau batiniah?
- Sehubungan dengan diri Anda sendiri, penampakan lahiriah atau batiniahkah yang lebih Anda perhatikan?
Jalan Bersama Tuhan
Today, I will walk with my hands in God
Today, I will trust in Him and not be afraid
For He will be there, for He will be there
Every moment to share, on this wonderful day
He has made
Today, I will trust in Him and not be afraid
For He will be there, for He will be there
Every moment to share, on this wonderful day
He has made
Hari Bahagia
Hari bahagia dalam hidupku
Berjalan bersama-Mu Yesus Tuhanku
S'bab 'Kau sertaku, s'lalu sertaku
Sepanjang hidupku bahagia selalu
Sertaku
Berjalan bersama-Mu Yesus Tuhanku
S'bab 'Kau sertaku, s'lalu sertaku
Sepanjang hidupku bahagia selalu
Sertaku
Selidiki Aku
Selidiki aku lihat hatiku
Apakah ku sungguh mengasihiMu
Yesus Kau yg maha tau
Dan menilai hidupku
tak ada yg tersembunyi bagiMu
Apakah ku sungguh mengasihiMu
Yesus Kau yg maha tau
Dan menilai hidupku
tak ada yg tersembunyi bagiMu
Reff:
T’lah kulihat kebaikan Mu
Yang tak pernah habis di hidupku
Kan ku berjuang pada akhirnya
Kau dapati aku tetap setia
T’lah kulihat kebaikan Mu
Yang tak pernah habis di hidupku
Kan ku berjuang pada akhirnya
Kau dapati aku tetap setia
Dengan Sayap-Mu
Firman-Mu berkata Kau besertaku
Maka kuat roh dan jiwaku
Tangan-Mu Tuhan s’lalu kunantikan
Di setiap langkah kupercaya
Reff :
Dengan sayap-Mu ’ku kan terbang tinggi
Di tengah badai hidup ’ku tak menyerah
Kau kekuatanku Kau penghiburan bagiku
Pertolonganku di tempat Maha Tinggi
Ku mengangkat tanganku aku berserah
Kau kunantikan
Kau yang kusembah Yesusku Rajaku
Kata dan Perbuatan
(Mzm. 17:1-15)
“Dengarkanlah,
TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga
akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada-Mulah kiranya
datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar. Bila
Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki
aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak
terlanjur” (Mzm. 17:1-3).
Sebuah keluarga sedang duduk bersama dalam makan malam bersama setelah mereka mengikuti ibadah sore di gereja. Sebelum menikmati makanan, sang ayah memanjatkan doa, “Bapa di surga, terima kasih untuk gereja dan pendeta kami, juga untuk semua berkat-Mu ini. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.” Lalu, selama mereka menikmati hidangan makan malam, anak-anak mereka mendengar sang ayah mengkritik segala sesuatu tentang gereja yang baru saja ia syukuri keberadaannya.
“Ayah,” kata anak yang kecil menginterupsi, “Apakah menurut Ayah, Tuhan mendengar doa Ayah barusan?” Sang ayah menjawab dengan penuh keyakinan, “Ya, tentu saja.”
Anak bungsunya itu tampak bingung, “Lalu apakah Tuhan juga mendengar doa Ayah yang baru saja Ayah bicarakan dengan Ibu?” Sekarang, ayahnya yang bingung menjawabnya, “Oh, Ayah pikir demikian.” “Lalu, doa manakah yang kira-kira Tuhan akan percayai?” lanjut anak kecil itu.
Sang ayah pun tertegun merenungkan kata-kata anaknya itu. Ya, mulut pun terbukti berdusta saat kata-kata yang keluar dari mulut ternyata bertentangan dengan hati. Kita mungkin tidak selalu menyadari ini terjadi. Namun, ketidakselarasan kata dan perbuatan, mulut dan hati menjadi perjuangan kita tiap hari. Di pagi hari, kita berdoa mohon kesabaran kepada Tuhan. Namun, saat jalanan macet, kita kehilangan kesabaran kita sepenuhnya. Saat siang hari, kita mengucap syukur untuk makan siang, tetapi syukur berubah menjadi sumpah serapah tatkala menu makan siang kita tidak sesuai harapan. Saat petang hari, kita semangat untuk berjumpa dengan keluarga terkasih, tetapi saat kondisi rumah berantakan dan tidak sesuai dengan harapan, semangat itu berubah jadi amarah pada anak-anak kita.
Tiap perkataan dan tindakan kita adalah wujud doa yang keluar dari hati. Baik buruknya perkataan dan tindakan kita menunjukkan kondisi hati kita. Kiranya kita rela membiarkan Tuhan senantiasa menguji hati kita agar kita memiliki hati yang benar-benar tulus.
Renungan
Yang manakah yang Tuhan percayai dari diri Anda? Anda yang tampak baik di hadapan manusia ataukah Anda di dalam kamar saat pribadi dengan Tuhan? Apakah perkataan Anda kepada Tuhan konsisten dengan perkataan Anda kepada sesama?
Bagaimana Anda bisa merelakan Tuhan menguji hati Anda setiap hari?
Belajarlah
untuk terus menyelaraskan kata dan perbuatan dengan Firman Tuhan.
Terima Kasih
Ya Yesus, terima kasih karena menunjukkan tangan dan lambung-Mu yang terluka sebagai bukti kasih-Mu yang menakjubkan kepada kami. Mampukan kami untuk menceritakannya kepada setiap orang yang kami jumpai hari ini. Amin.
Selasa, 24 Mei 2016
Rumus Matematika Kehidupan
(Mzm. 139:26-35)
“Aku
telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di
hadapanku” (Mzm. 119:30).
Ternyata, untuk memahami kebenaran rumus aljabar ini, kita bisa mengaplikasikannya dalam hidup kita sehari-hari. Bilangan positif kita ibaratkan sebagai yang “benar” dan bilangan negative sebagai yang “salah.” Maka, jika kita mengatakan “benar” terhadap apa yang memang “benar,” maka kita sudah bertindak benar. Akan tetapi, jika kita mengatakan “benar” atas apa yang seharusnya “salah” atau sebaliknya mengatakan “salah” terhadap apa yang seharusnya “benar”, maka kita bertindak “salah”. Namun, jika kita berani mengatakan “salah” terhadap apa yang “salah,” maka itu berarti kita bertindak “benar.”
Di manapun tempatnya, kebenaran akan selalu muncul sebagai kebenaran meskipun tidak diikuti oleh suara mayoritas. Bertindak “benar” atau “salah” adalah suatu pilihan. Opini kita dalam membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar tidak akan memengaruhi kebenaran itu. Memilih benar dan bertindak benar menjadi tuntutan hidup kita sebagai orang percaya. Dan jika kita ingin mendapatkan kehidupan yang baik dan juga benar di hadapan Tuhan, maka kita pun harus melakukan apa yang benar menurut Firman Tuhan bukan pendapat kita atau orang lain.
Menyimpang dari Firman Tuhan akan mendatangkan kehancuran bagi kehidupan kita. Lebih baik berjalan di jalan Tuhan daripada berjalan di jalan yang penuh dengan kegelapan dan berakhir pada kebinasaan. Berjalan dalam kebenaran berarti berjalan seturut dengan hukum-hukum Tuhan.
Renungan
- Apakah kita berani bersikap transparan dengan mengatakan benar sebagai benar dan mengatakan salah sebagai salah?
- Apakah kebenaran Firman Allah menjadi panduan dalam hidup kita sehari-hari?
Memilih
jalan kebenaran itu tidak selalu mudah. Namun, pilihlah jalan
kebenaran itu, karena itu akan memerdekakan Anda.
Berjuang
(Yud. 1)
“...
Supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah
disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yud. 3).
Pada
tahun 1963, pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menghapus
kegiatan membaca Alkitab di sekolah karena anggapan bahwa membaca
Alkitab bisa dan secara psikologis berbahaya bagi anak-anak. Dan
memang setelah itu, tingkat kehidupan rohani mengalami penurunan dan
kefasikan semakin meningkat. Ini memang menyedihkan. Itu juga yang
akan terjadi di dalam gereja dan keluarga yang tidak lagi memakai
Alkitab sebagai panduan hidupnya.
Kata
“berjuang” dalam ayat di atas berarti “berjuang,” untuk
sungguh-sungguh berjuang (Strong 1864). Kita dipanggil untuk berjuang
memelihara dan memberitakan prinsip-prinsip iman Kristen yang ada di
dalam Kitab Suci. Kita memiliki tugas luhur untuk melestarikan
Alkitab kepada generasi anak cucu kita.
Kita
saat ini sedang berperang bukan sekadar melawan orang, “darah dan
daging.” Perang kita adalah melawan “setan” dan
kekuatan-kekuatan jahatnya (Ef. 6:10-12). Kita tidak sedang berperang
melawan kelompok militant. Kita sedang ada dalam peperangan rohani.
Kita harus melawan kekuatan setan dengan doa! Doa akan memenangkan
pertempuran yang tidak akan bisa dimenangkan oleh para tentara! (Ef.
6:18)
Kita
harus terus menanamkan kebenaran Alkitab dalam tiap lini kehidupan.
Firman Tuhan ini adalah senjata rohani yang kita bisa pakai untuk
melawan roh-roh jahat. Roh jahat akan menyerang pikiran kita,
anak-anak kita, dan siapa pun untuk menolak dan melawan kebenaran.
Panah-panah api si jahat akan terus diarahkan kepada kita. Tidak ada
jalan lain untuk berjuang mempertahankan iman selain mewariskan iman
kita kepada Kristus kepada anak-anak kita dan terus melestarikannya
lewat pengajaran-pengajaran yang benar. Peperangan ini akan terus
berlangsung.
Renungan
- Apakah Anda sedang berjuang mempertahankan iman yang benar, yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus?
- Sejauh mana Anda peduli dalam perjuangan mempertahankan iman yang benar, terhadap diri Anda dan juga keluarga Anda, serta jemaat Anda?
Tetaplah
berjuang!
Senin, 23 Mei 2016
Kuat dan Bijaksana
Terkadang,
kita membuat pilihan yang salah dalam hidup. Menyesalinya memang tidak
berguna. Pengalaman kita itu, terutama kesalahan yang kita lakukan,
membuat kita lebih kuat dan bijaksana.
Tuntun Aku, Tuhan
Mazmur 16:11 | ||
1 | Tuhanku, tuntunlah ku merasa lelah, Sungguh-sungguh ku tak berdaya; Bila badai mend'ru, bila g'lap jalanku, Tuntunlah tanganku, ya Tuhan. | |
2 | Mohon Tuhan dekat waktu aku penat, Waktu ajalku t'lah mendekat; O dengar doaku agar ku tak jatuh; Tuntunlah tanganku, ya Tuhan. |
Minggu, 22 Mei 2016
Tidur
(1Tes. 5:1-10)
“Sebab
itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain” (1Tes.
5:6).
Tidur adalah cara yang terbaik untuk memulihkan kebugaran tubuh manusia. Kita semua membutuhkan tidur yang berkualitas agar tetap sehat. Kurang tidur dapat menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit. Namun, nas kita di atas melarang “kita tidur seperti orang-orang lain” (1Tes. 5:6). Benarkah Alkitab melarang kita untuk tidur?
Ayat ini tidak melarang kita tidur dalam arti mengistirahatkan tubuh kita. Ini berhubungan dengan “Hari Tuhan.” Kita harus sadar dan berjaga-jaga, siap menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Banyak orang yang mengaku Kristen ternyata sebenarnya tidur. Mungkin ia berdoa, tetapi tidak ada semangat doa dalam hidupnya, selain kata-kata doa yang terdengar indah. Yang lainnya membiarkan pikiran mereka mengembara ketika orang lain berdoa. Ada juga orang yang bernyanyi dalam tidur mereka. Sementara orang lain bernyanyi dari hati, orang yang sedang tidur itu hanya bergumam kata-kata. Bibir mereka memang mengucapkan kata-kata, tetapi hati mereka tidak di dalamnya. Sulit dikenali bahwa mereka sedang tidur karena mereka masih bisa mengucapkan kata-kata doa, atau kata-kata pujian. Yang pasti, tidak ada hidup, gairah, atau semangat di dalamnya, karena mereka telah tidur secara rohani.
“Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu” (Ef. 5:14). Ini merupakan perintah yang tegas bagi kita. Tuhan benar-benar tidak ingin mendapati kita sedang tidur saat hari-Nya tiba. Hari itu akan tiba seperti pencuri. Sangat menyedihkan kalau kita ternyata “tidur seperti orang-orang lain.”
Bangkitkanlah gairah Anda akan hal-hal rohani. Milikilah semangat dalam berdoa, mempelajari Firman Allah, bersekutu, bersaksi, hidup bagi Tuhan, dan lain-lain. Teruslah berusaha hidup patut sebagai orang yang dipanggil sesuai rencana Allah.
Renungan
Apakah
Anda sedang tidur atau tertidur secara rohani saat ini? Jika ya,
sudah berapa lama?
Bagaimana
orang di sekitar Anda? Apakah mereka juga tidur? Bagaimanakah sikap
Anda terhadap apa yang terjadi?
Pastikan
bahwa Anda tidak sedang tidur atau tertidur!
Kepahitan
Tuhan, sembuhkan kami dari setiap kepahitan atau amarah yang membuat kami terluka. Tolong kami untuk mengampuni orang lain seperti Engkau telah mengampuni kami. Amin.
Kesadaran akan Dosa
Tuhan terkasih, tolong kami menyadari saat kami salah melangkah, dan dengan kuasa-Mu, bawalah kami kembali untuk melayani-Mu dengan setia. Amin.
Jumat, 20 Mei 2016
Disulam Perlahan
Kej. 12:1-9
“Abram
berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb” (Kej. 12:9).
Bordir
atau sulaman adalah suatu bentuk hiasan yang dibuat di atas kain
dengan jalinan benang hias di atasnya. Benang hias itu bisa wol,
linen, sutra, dan juga katun atau rayon. Seni menyulam telah ada
sejak abad ke-5 sebelum Masehi pada zaman dinasti Qin di Tiongkok.
Orang dengan tekun mengerjakan karya seni yang sangat indah ini. Saat
ini, menyulam bisa dilakukan pula dengan mesin border yang canggih.
Namun, baik pada masa lalu maupun masa kini, ada kesamaan dari teknik
menyulam ini, yaitu pola gambar atau tulisan disulam sedikit demi
sedikit.
Hal
yang sama terjadi juga dengan kehidupan. Bagaikan menyulam, kehidupan
ini dijalin sedikit demi sedikit seperti sedang menyulam. Meskipun
demikian, kita sering lupa akan makna ini. Kita cenderung ingin
segala sesuatu berlangsung dengan cepat dan dilakukan dengan sesegera
mungkin. Bahkan, saat kita ingin mencari kehendak Allah, kita sering
tidak sabar untuk segera mendapatkannya.
Abraham
merupakan contoh lain karya sulaman iman dan kesabaran. Abram yang
tidak lama kemudian namanya diubah menjadi Abraham, sudah berumur 75
tahun saat Allah memanggilnya untuk meninggalkan Haran. Tentunya ini
bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan iman dan ketekunan, Abraham
berjalan menuju Negeb. Alkitab tidak mengatakan bahwa Abraham
melakukannya dalam sehari. Firman Tuhan justri mengatakan bahwa
”makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb.” Ia berjalan maju
perlahan-lahan dalam sulaman rencana Allah. Rencana dan kehendak-Nya
tidak seketika diungkapkan kepada Abraham. Namun, dengan keyakinan,
ia melangkah bersama-Nya.
Dalam
kehidupan, kita bisa meneladani Abraham dan mengingat bahwa pola
kehidupan ini disulam sedikit demi sedikit. Pola kehidupan kita pun
akan terbentuk sedikit demi sedikit sementara kita berjalan dalam
tahap demi tahap melewati waktu dan kesempatan, sambil menjawab
panggilan Allah hari demi hari.
Renungan
Bagaimanakah
sikap kita dalam mencari kehendak Allah dalam hidup kita?
Apakah
yang mungkin akan terjadi jika kita tergesa-gesa dalam menjalani
sulaman hidup kita?
Tetaplah
melangkah setapak demi setapak dalam rencana Allah. Berada dalam
tuntunan-Nya itu lebih baik meskipun lambat daripada berada di luar
kehendak-Nya.
Ada yang Layak Dinanti
Rm. 5:1-5
”Kita
malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan
tidak mengecewakan” (Rm. 5:3-5).
Pernahkah
Anda membuat istana pasir di pantai? Menyenangkan, bukan? Berbagai
bentuk dapat kita buat dari pasir yang berkilauan terkena sinar
matahari. Apa yang terjadi dengan istana pasir itu saat ombak laut
menerpanya atau saat air pasang tiba? Perlahan-lahan, istana pasir
kita nan cantik itu akan terkikis hancur. Yang tampak hanyalah
sisa-sisa hasil karya yang susah payah kita lakukan.
Hidup
kita ini bisa menyerupai pengalaman membangun istana pasir tadi. Kita
sering mengalami bahwa apa yang kita capai dengan susah payah atau
sayangi direnggut dari kita atau mati. Bila hal ini terjadi, dunia
kita yang kita rasakan nyaman berubah dengan drastis. Masa-masa
seperti ini bisa membuat kita merasa kehilangan atau kalah. Di
saat-saat seperti itu kita tetap bisa mendapatkan penghiburan dengan
mengingat bahwa hidup ini termasuk semua kesenangan dan kesusahannya,
bukanlah akhir cerita hidup kita. Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus, telah menyediakan rumah kekal tempat kedamaian dan kasih
Allah memerintah untuk selama-lamanya. Puji syukur kepada Allah!
Apa
yang terjadi itu mengingatkan kita bahwa kita tergantung sepenuhnya
kepada Tuhan. Kita tidak akan terlalu meratapi kehidupan yang memang
tidak akan semakin mudah ini tatkala hal yang tidak kita harapkan
terjadi. Kita bisa tetap berfokus pada kekekalan. Segala kehilangan,
kekecewaan, atau penolakan yang kita alami tidak akan memupuskan
harapan akan apa yang Allah sediakan bagi kita kelak. Perubahan itu
pasti terjadi dan sikap kita terhadapnya menentukan apakah kita akan
kalah atau memenangkan kehidupan. Ingatlah, apa yang telah
disediakan Allah bagi kita jauh lebih baik daripada kenangan maupun
impian kita yang terindah sekalipun. Dan segala harapan itu layak
untuk kita nantikan.
Renungan
Adakah
dalam hidup Anda, saat dimana Anda seolah-olah seperti terhempas
ombak yang keras? Apakah yang berubah sejak saat itu? Bagaimana
sikap Anda saat menghadapi perubahan yang tidak sesuai dengan
harapan Anda?
Tetaplah
bertahan dalam kondisi apapun sebab dunia ini bukanlah rumah kita.
Coretan Adik
Tak terasa sudah satu bulan ibu meninggalkan kami semua,
Tak kudengar lagi suaramu ibu,
Tak dapat kunikmati lagi masakanmu yang sangat lezat,
Tak dapat kudengar lagi dering telp yang selalu kutunggu setiap hari
Ibu, kepergianMu begitu cepat
Tak ada pesan yang kau tinggalkan pada kami
Tak ada rintihan rasa sakit yang kami dengar dari ibu
Ibu sudah siapkan semuanya, agar tidak merepotkan bapak dan anak cucu
Satu bulan sudah ibu kembali pada Tuhan Yesus
Ibu, kami semua sangat merindukanmu
ibu tempat kami selalu berbagi ketika kami ada masalah atau kesulitan
Ibu yang telah berjuang agar kelima anakmu ini berhasil
ibu yang tidak pernah kenal menyerah dan putus asa
Saat kami semua telah berhasil, belum ada yang bisa kami berikan padamu ibu
Kami belum dapat membahagiakanmu ibu, maafkan kami
Kami tahu, saat ini ibu sudah bahagia
Ibu tidak merasakan rasa sakit itu
Ibu sudah bahagia di Firdaus Tuhan
Akan kami ingat selalu nasehatmu ibu
Namamu ibu selalu terukir indah di hati anak-anakmu
Perjuangan ibu memotivasi kami untuk terus berjuang
Ibu betapa kami semua merindukanmu
Kami rindu saat semua keluarga bisa berkumpul setiap bulan Desember untuk merayakan Natal bersama
Waktu bertemu di bulan Juni lalu, ibu masih ingatkan, kita berencana untuk sewa villa di Tawamangu
Ibu, rencana itu belum sampai terlaksana, tetapi ibu sudah pulang ke rumah Bapa
Aku juga janji sama ibu untuk membelikan seragam putih buat semua saudara
Ibu, aku sangat mencintaimu
Kami semua merasa sangat kehilangan, apalagi Bapak
Aku kasihan melihat Bapak
Tak ada lagi seorang wanita yang mendampinginya
Tak ada lagi ibu yang selalu memasakkan makanan yang enak
Ibu, ...ibu...oh ibu...
terimakasih ibu, terimakasih
Tak kudengar lagi suaramu ibu,
Tak dapat kunikmati lagi masakanmu yang sangat lezat,
Tak dapat kudengar lagi dering telp yang selalu kutunggu setiap hari
Ibu, kepergianMu begitu cepat
Tak ada pesan yang kau tinggalkan pada kami
Tak ada rintihan rasa sakit yang kami dengar dari ibu
Ibu sudah siapkan semuanya, agar tidak merepotkan bapak dan anak cucu
Satu bulan sudah ibu kembali pada Tuhan Yesus
Ibu, kami semua sangat merindukanmu
ibu tempat kami selalu berbagi ketika kami ada masalah atau kesulitan
Ibu yang telah berjuang agar kelima anakmu ini berhasil
ibu yang tidak pernah kenal menyerah dan putus asa
Saat kami semua telah berhasil, belum ada yang bisa kami berikan padamu ibu
Kami belum dapat membahagiakanmu ibu, maafkan kami
Kami tahu, saat ini ibu sudah bahagia
Ibu tidak merasakan rasa sakit itu
Ibu sudah bahagia di Firdaus Tuhan
Akan kami ingat selalu nasehatmu ibu
Namamu ibu selalu terukir indah di hati anak-anakmu
Perjuangan ibu memotivasi kami untuk terus berjuang
Ibu betapa kami semua merindukanmu
Kami rindu saat semua keluarga bisa berkumpul setiap bulan Desember untuk merayakan Natal bersama
Waktu bertemu di bulan Juni lalu, ibu masih ingatkan, kita berencana untuk sewa villa di Tawamangu
Ibu, rencana itu belum sampai terlaksana, tetapi ibu sudah pulang ke rumah Bapa
Aku juga janji sama ibu untuk membelikan seragam putih buat semua saudara
Ibu, aku sangat mencintaimu
Kami semua merasa sangat kehilangan, apalagi Bapak
Aku kasihan melihat Bapak
Tak ada lagi seorang wanita yang mendampinginya
Tak ada lagi ibu yang selalu memasakkan makanan yang enak
Ibu, ...ibu...oh ibu...
terimakasih ibu, terimakasih
15 Agustus 2015
MEMORI KEPULANGAN IBU TERKASIH
Solo, 15 Juli 2015
Selamat siang, Bapak/Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Sungguh suatu kebanggaan buat saya mendapat kesempatan untuk
menyampaikan kesan tentang istri ayah saya, ibu kami...Elisabeth, Elia,
Intan, dan Ruth. Mungkin tak cukup kata-kata yang bisa saya gambarkan
tentang sosok ibu bagi kami.
Kalau boleh meringkas, rasanya Rm. 8:35 pantas menggambarkan perjalanan iman seorang anak manusia bernama Lidia Sri Winarsih, yg telah menjadi Ibu dari 5 anak dan 10 cucu.
Demikian bunyinya:
35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Roma 8)
Itulah yang kami rasakan. Betapa lebih dari setengah abad, Ibu memberi kesaksian yang hidup dan luar biasa bahwa memang kasih Kristus tidak akan memisahkan kita dari apa pun.
Perjuangannya menghadapi kesesakan apapun, kelaparan seperti apapun, kemiskinan seberat apapun, membuat kami semua, anak-anak dan cucu-cucunya bertekad mewarisi iman yang sama, iman kepada Yesus Kristus...
Perjuangannya menghadapi sakit penyakit hingga akhir hayatnya, mengajarkan kepada kami arti iman yang hidup. Iman itu ternyata iman yang berbuat nyata...iman yang berjuang...iman yang pantang menyerah hingga akhir. Kasih dan imannya kepada kami dan juga orang-orang di sekitar beliau menjadi bukti nyata yang terus kami akan kobarkan sebagai keluarga.
Saya yakin bahwa ini adalah perpisahan sementara. Tidak lama saya pun akan menyusul Ibu dan bertemu kembali dalam sukacita. Justru dalam waktu sisa ini, kita ditantang untuk benar-benar membuktikan iman kita. Apakah iman kita sejati atau tidak...waktulah yang membuktikan semuanya itu.
Terima kasih kepada semua saudara-saudara dan juga semua pihak yang sudah membantu pelaksanaan ibadah, yang sudah merawat Ibu selama ini, yang sudah mendoakan dan mengasihi Ibu kami. Kiranya Tuhan memberkati semua pengorbanan Bapak Ibu Saudara sekalian.
Mohon maaf sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya jika mungkin Ibu kami pernah menyakiti, melukai Bapak/Ibu. Kami juga memohon maaf jika kami tidak bisa menyambut sebagaimana yang Bapak/Ibu Saudara harapkan.
TERIMA kasih IBU...sampai ketemu lagi...
Kalau boleh meringkas, rasanya Rm. 8:35 pantas menggambarkan perjalanan iman seorang anak manusia bernama Lidia Sri Winarsih, yg telah menjadi Ibu dari 5 anak dan 10 cucu.
Demikian bunyinya:
35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Roma 8)
Itulah yang kami rasakan. Betapa lebih dari setengah abad, Ibu memberi kesaksian yang hidup dan luar biasa bahwa memang kasih Kristus tidak akan memisahkan kita dari apa pun.
Perjuangannya menghadapi kesesakan apapun, kelaparan seperti apapun, kemiskinan seberat apapun, membuat kami semua, anak-anak dan cucu-cucunya bertekad mewarisi iman yang sama, iman kepada Yesus Kristus...
Perjuangannya menghadapi sakit penyakit hingga akhir hayatnya, mengajarkan kepada kami arti iman yang hidup. Iman itu ternyata iman yang berbuat nyata...iman yang berjuang...iman yang pantang menyerah hingga akhir. Kasih dan imannya kepada kami dan juga orang-orang di sekitar beliau menjadi bukti nyata yang terus kami akan kobarkan sebagai keluarga.
Saya yakin bahwa ini adalah perpisahan sementara. Tidak lama saya pun akan menyusul Ibu dan bertemu kembali dalam sukacita. Justru dalam waktu sisa ini, kita ditantang untuk benar-benar membuktikan iman kita. Apakah iman kita sejati atau tidak...waktulah yang membuktikan semuanya itu.
Terima kasih kepada semua saudara-saudara dan juga semua pihak yang sudah membantu pelaksanaan ibadah, yang sudah merawat Ibu selama ini, yang sudah mendoakan dan mengasihi Ibu kami. Kiranya Tuhan memberkati semua pengorbanan Bapak Ibu Saudara sekalian.
Mohon maaf sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya jika mungkin Ibu kami pernah menyakiti, melukai Bapak/Ibu. Kami juga memohon maaf jika kami tidak bisa menyambut sebagaimana yang Bapak/Ibu Saudara harapkan.
TERIMA kasih IBU...sampai ketemu lagi...
Kamis, 19 Mei 2016
Iman yang Kuat
Yer. 17:7-8
Diberkatilah
orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia
akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan
akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya
panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun
kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer.
17:7, 8)
Pohon
terbesar di dunia ada di Giant Forest, Amerika. Pohon itu adalah
pohon pohon Sequoia Raksasa yang diberi nama General Sherman. Pohon
yang diperkirakan berusia 2.200 tahun ini memiliki volume badan 1487
m³ dan tingi 83,8 meter di tahun 2002. Dahan-dahannya rimbun dan
hijau, memberikan keteduhan dan keindahan yang luar biasa. Pohon itu
berbentuk bulat lurus dan tinggi batangnya. Selama bertahun-tahun
pohon ini menerima terpaan angin kencang, hujan lebat, salju, dan
cuaca panas maupun dingin. Tampaknya akar-akar pohon ini mendapatkan
cukup dalam tertanam dan sangat kuat.
Pohon
raksasa ini menggambarkan sebuah persamaan dalam kehidupan Kristen
kita. Kita semua akhirnya akan menghadapi penyakit, kematian
orang-orang yang terkasih dan pemutusan hubungan maupun
pencobaan-pencobaan lainnya. Seteguh apakah kita berdiri bila
berhadapan dengan kemalangan? Apakah kita cukup dewasa di dalam iman
dan berakar cukup dalam di dalam Firman Allah sehingga mampu
menghadapi semua badai, perubahan, dan cuaca dingin dalam kehidupan
ini? Yeremia meyakinkan kita bahwa Allah mampu memelihara kita, apa
pun yang sedang kita hadapi, asal kita percaya dan mengandalkan-Nya.
Yang
perlu kita perhatikan adalah bahwa berkat orang yang mengandalkan
Tuhan dan percaya kepada-Nya itu bukan semata-mata hal-hal jasmani
atau pun materi. Tuhan lebih peduli akan iman kita, kerohanian kita.
Dia lebih rindu kita menghasilkan buah rohani secara terus-menerus
yang akan memuliakan-Nya.
Karena
itu, apa pun yang saat ini sedang Anda hadapi, percayalah pada Tuhan
dan tetap andalkan Dia. Tidak ada masalah apa pun yang tidak bisa
dihadapi orang percaya. Fokuslah pada pertumbuhan rohani kita
sehingga kita kuat menghadapi apa pun.
Renungan
Jika
diumpamakan pohon, pohon seperti apakah Anda? Apakah
saat ini Anda cukup kuat menghadapi berbagai kesulitan dan
tantangan? Bagaimana jika Anda sudah cukup kuat dan bagaimana jika
belum cukup kuat?
Lakukanlah
hari ini satu praktik rohani yang akan membuat Anda kuat secara
rohani. Lakukanlah secara terus-menerus hari demi hari. Lihatlah
hasilnya!
Langganan:
Postingan (Atom)
BERANIKAH AKU?????????
BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...
-
Meneladani Pelayanan dan Pengajaran Yesus yang Radikal Kita sering membayangkan Yesus sebagai pembuat damai, yang begitu sabar dan lemb...
-
Saudara, dalam keluarga Kristen, peran orangtua—ayah dan ibu—sangatlah penting. Mereka menjadi teladan bagi anak-anak untuk bertumbuh...
-
(Rm. 12:1-3) “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedaka...