Rabu, 07 September 2016

REDEFINISI 102: PENGUDUSAN

REDEFINISI 102: PENGUDUSAN 


Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
(1Ptr. 1:15-16).

Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan”
(Ibr. 12:14).

Sulit untuk hidup kudus di dunia ini sekarang ini. Tidak jarang kita mendengar celetukan, “Sok suci!” yang diungkapkan pada orang yang mencoba hidup “berbeda” dengan lingkungannya. Bahkan tidak dipungkiri bahwa seringkali orang yang mengaku percaya yakin bahwa hidupnya kudus, meskipun kenyataannya, hidupnya tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Bahkan, orang tidak percaya mungkin memiliki hidup moral yang baik dibandingkan orang yang mengaku percaya. Orang ini sudah yakin bahwa hidupnya sudah dikuduskan dengan darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib. Dan itu cukup baginya entah bagaimana pun dia hidup di dunia.

Kata “kudus” berasal dari kata bahasa Yunani αγιος (hagios) kata sifat yang berarti “kudus”; kata kerjanya agiavzw (hagiazo): “memisahkan atau menguduskan.” Ayat 16 dari 1 Petrus 1 menegaskan bahwa ini merupakan perintah. Dasarnya adakah kekudusan Allah sendiri—διότι γέγραπται Ἅγιοι γένεσθε, ὅτι ἐγὼ ἅγιος εἰμι (dioti gegraptai hagioi genesthe hoti ego hagios eimi—TR1550)—Hendaklah kami menjadi kudus karena Aku juga kudus. Apa yang seharusnya terjadi dalam diri orang yang percaya saat ini: proses PENGUDUSAN.

Εἰρήνην διώκετε μετὰ πάντων καὶ τὸν ἁγιασμόν οὗ χωρὶς οὐδεὶς ὄψεται τὸν κύριον (eirenen diokete meta panthon kai ton hagiasmon hou choris oudeis opsetai ton kurion—TR1550) ... Frase διώκετε μετὰ πάντων (diokete meta panthon) dalam Ibrani 12:14 ini menegaskan bahwa kekudusan itu harus dikejar/diupayakan melebihi apa pun. Ini bukan hal yang patut diremehkan. Hidup kudus adalah tujuan hidup orang percaya setelah ia mengaku percaya. Menjadi/mengejar/mengupayakan kekudusan hidup haruslah menjadi irama hidup sehari-hari. Tanpa keseriusan untuk hidup kudus, iman seseorang patut dipertanyakan dan konsekuensinya jelas, “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”

Kalau kita berbicara tentang PENGUDUSAN, kita melihat dua sisi mata uang: bahwa PENGUDUSAN itu 100% Allah yang mengerjakan dan memungkinkannya melalui karya Kristus di kayu salib dan 100% manusia dalam hal tanggung jawabnya untuk hidup kudus. Allah telah “memisahkan, menguduskan, mengkhususkan” orang percaya melalui kurban Kristus dan kita bertanggung jawab sepenuhnya untuk hidup terpisah, hidup kudus, dan hidup khusus demi mencapai tujuan kemuliaan Allah. Tanggung jawab ini benar-benar adalah pilihan kita.

Dalam hal ini, Tuhan Yesus adalah role-model kita. Kita menjalani proses demi proses untuk menjadi serupa dengan-Nya dalam pikiran, perasaan, dan kehendak kita. Roh Kudus menolong kita untuk memahami kehendak Allah itu. Transformasi kita itu berlangsung terus-menerus melalui saudara-saudara kita yang percaya, firman Allah, dan juga melalui berbagai peristiwa yang kita alami. Proses ini tidak akan berhenti dalam hidup ini, namun itulah target kita. Jika tidak demikian, kita sedang missed the target (berdosa). Proses ini akan selalu diwarnai dengan perjuangan kita melawan dunia, daging, dan Iblis. Mematikan daging dan segala keinginannya bukanlah hal mudah di tengah dunia yang menawarkan dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan daging serta segala kenikmatannya.

Tidak mengherankan, banyak orang berhenti pada kekudusan secara posisional mereka saja disertai pemahaman yang keliru bahwa “Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.” Artinya, seseorang yang sudah mengaku percaya tidak perlu berupaya keras untuk hidup kudus karena nantinya Tuhan akan menyempurnakan. Waspadalah dengan jaminan keselamatan palsu seperti ini. Tuhan menghendaki hidup suci dalam pikiran, perkataan, perasaan, dan kehendak kita. Itu berarti menyelaraskannya dengan pikiran, perasaan, dan kehendak Tuhan Yesus. Bagi dunia, kita mungkin akan dikatakan “sok suci”, tetapi bagi Tuhan Yesus, itulah hidup “standar” orang percaya di dunia, sama sekali bukan “sok” tetapi memang seperti itulah kita harus hidup. (D.B.)

Nas Yunani dikutip dari 1550 Stephanus New Testament (TR1550)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANIKAH AKU?????????

BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...