Kamis, 09 Juni 2016

Rumah

(Yak. 1:1)
Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan” (Yak. 1:1).

Tidak ada tempat yang senyaman rumah. Setelah bepergian, hal yang paling kita nantikan adalah kehangatan rumah kita. Rumah adalah tempat yang kita rasa teraman, ternyaman, dan terdamai. Rumah adalah tempat terindah di tengah dunia yang bergemuruh tidak menentu.

Tentunya tidak nyaman jika kita berada jauh dari rumah di tempat pengungsian. Saat terjadi bencana banyak orang yang terpaksa meninggalkan rumah berbulan-bulan lamanya. Yang terjadi sangatlah menyedihkan. Banyak pengalaman traumatik terjadi saat demikian. Jauh lebih menyedihkan jika kita harus mengungsi karena perang atau penganiayaan karena iman kepada Yesus Kristus.

Itulah yang terjadi dengan orang percaya Yesus mula-mula. Mereka mengalami ancaman dan penganiayaan sehingga memaksa mereka untuk meninggalkan rumah dan segala kenyamanan hidup mereka. Mereka telah dipanggil hanya untuk percaya kepada Kristus saja dan rela melepaskan segala hal yang mungkin kita remehkan sekarang. Yakobus, gembala mereka di jemaat Yerusalem, menulis buat domba-domba Tuhan yang ada di perantauan guna mendorong mereka yang tengah menghadapi ujian hidup yang berat.

Mungkin, kita tidak pernah tahu sedalam apa komitmen kita kepada Kristus hingga kita diminta untuk menyerahkan sesuatu yang kita sayangi atau yang sangat berharga bagi kita. Keluarga Corrie Ten Boom menyembunyikan banyak keluarga Yahudi dari Nazi pada masa Perang Dunia II dan akhirnya dijebloskan ke “kamp kematian” Jerman. Pengalaman itu mengubah banyak pandangannya tentang hidup. Dia berkata, “Saya telah belajar untuk tidak terlalu kuat menggenggam sesuatu dalam hidup. Jika tidak demikian, akan terasa amat sakit jika Tuhan melepaskan jari-jemari kita daripadanya.”

Tidak ada teladan dalam hal seseorang yang rela melepaskan apa yang dimilikinya yang lebih besar daripada Tuhan kita sendiri. Dia meninggalkan takhta-Nya di surga hingga tidak memiliki harga dan juga tempat tinggal. Dia rela melepaskan semuanya itu untuk melaksanakan rencana penebusan Allah. Jika kita ingin menjadi serupa dengan-Nya, kita juga tidak boleh terlalu kencang memegang apa pun dan selalu ingat bahwa apa yang kita punya dan bahkan diri kita pun adalah milik Allah.



Renungan



  • Mengapakah kita sulit melepaskan apa yang kita sayangi?
  • Apakah yang kita bisa lakukan untuk meneladani Yesus Kristus?
Milik kita bahkan hidup kita adalah milik Tuhan untuk melakukan apa yang menyenangkan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERANIKAH AKU?????????

BERANIKAH AKU JIKA... 1. JIKA AKU ADALAH MUSA Beranikah aku yang sudah mati-matian memimpin bangsa Israel masuk ke negeri yang limpah den...