Kay
Poe dan Esther Kim tumbuh sebagai sahabat baik dan sekaligus lawan bertanding.
Olahraga mereka adalah tae kwon do yang dipertandingkan pertama kali dalam
Olimpiade Sydney 2000. Saat mereka beranjak dewasa, mereka ada dalam kelas yang
berbeda. Saat uji coba pra-Olimpiade mereka difavoritkan untuk memenangi kelas
masing-masing.
Hanya,
ada satu masalah. Amerika hanya akan mengirimkan dua perwakilan dari empat
kelas yang dipertandingkan di Olimpiade, sehingga hanya satu di antara mereka
yang akan pergi ke Sydney .
Di
babak semifinal, Kay cedera namun, cukup baginya untuk memenangkan pertandingan
di kelasnya sehingga dia maju ke babak final. Namun, saat dia berjalan
tertatih-tatih, dia merasa bahwa impiannya ke Olimpiade sudah berakhir.
Apalagi, dia masih harus menghadapi pertandingan final—kali ini melawan Esther
Kim sahabatnya. Esther menyaksikan pelatih memapah Kay ke ruang ganti. Hasil
pertandingan final pun sudah nyata. Esther hanya tinggal muncul di arena dan
melangkah ke Olimpiade. Tetapi, Esther membuat keputusan untuk mundur dari
pertandingan final dan menyerahkan kemenangan kepada sahabatnya yang cedera.
Dia merelakan impian Olimpiadenya sehingga Kay dapat mewujudkannya. Saat Esther
memberitahu Kay akan keputusannya, Kay memprotesnya. “Jangan kamu menolaknya,”
kata Esther. Mereka saling berpelukan dan menangis. “Tolong jangan berpikir
bahwa aku menyingkirkan impianku,” lanjut Esther, “tidak sama sekali. Aku
menaruh impian dan harapanku kepadamu.”
Esther
menandatangani papan nilainya dan mundur dari pertandingan. Mereka saling
memberi salam. Pelatih Kay menolongnya berjalan ke sisi sudutnya sementara
Esther ke sudut yang lain. Mereka kemudian saling berhadapan di antara wasit.
Kedua gadis itu kembali memberi salam. Wasit pun memberi tanda Kay sebagai
pemenangnya. Mereka kembali saling memberi salam diiringi tepukan meriah para
penonton.
Saat
diwawancarai, Esther mengatakan, “Ada lebih dari satu cara untuk menjadi
pemenang.” Todd Goodwin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar