Pendahuluan
1.
Ini
merupakan teks tentang Natal yang tidak lazim: tak ada gembala, tak ada orang
bijak, bahkan tak ada Yusuf dan Maria.
2.
Namun,
teks ini juga memberikan latar belakang Natal dari sudut pandang Allah; berbeda
dari pandangan dunia.
3.
Ini
juga merupakan paradoks—apa yang menurut dunia tak masuk akal, namun menurut
Alkitab, sempurna di mata Allah. Misal: untuk hidup, kita harus mati; untuk
menerima, harus memberi; hidup adalah Kristus, mati itu untung; agar berperang
dan menang, harus berlutut; hidup kekal, hanya perlu iman; menjadi besar, malah
jadi hamba,dst.
4.
Di
kalangan jemaat-jemaat Tuhan, paling mudah terjadi kurangnya kasih, persatuan,
dan adanya kesombongan. Saat ini, kita ditantang untuk memiliki pikiran Yesus
Kristus saat Natal ini—dan kita akan melihat Siapa Dia.
I.
Siapa Yesus?—Anak
yang Kekal
1.
Dia
setara dengan Allah (2:5-6)—Yun. isos—sama
dalam kuantitas dan kualitas (Yoh. 17:5; band. Yes. 42:8); satu dengan Allah
(Yoh. 10:30)
a. Dia
adalah agen Pencipta (Yoh. 1:1-3)—selalu ada, bertakhta di surga (Kol.
1:16-17)—Saksi Yehowa mengatakan Yesus adalah ciptaan Allah; Mormon mengatakan
bahwa Yesus, melalui ketaatanNya mencapai tingkatan sebagai allah.
b.Dia
adalah Allah—bukan sekadar manusia yang baik atau nabi yang hebat. Dia adalah
Jalan kepada Bapa (Yoh. 14:6)
2.
Dia
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang
dipertahankan—bandingan dengan kecenderungan manusia untuk mempertahankan
posisinya, mencari kepentingannya sendiri, menganggap diri sendiri yang lebih
utama daripada dirinya sendiri; dan mencari puji-pujian yang sia-sia (kenodoxia)—kemuliaan manusia.
II.
Menjadi Siapa Yesus?—Hamba
yang Mengosongkan DiriNya
1.
Dia
telah mengosongkan diriNya (ay. 7)
a.Sosok
tradisional Natal—bayi yang tidak menangis, yang bersinar dalam gelap, bahkan
bermahkota.
b. Kenyataannya:
Dia menjadi manusia yang tahu apa itu menangis, kegelapan, dan direndahkan.
c. kenoo—mengosongkan diri
seperti balon yang dikempeskan bukan seperti gelas kosong yang semula berisi
air
2.
Seberapa
jauh Dia mengosongkan diriNya?
a.Dia
menyerahkan pengetahuanNya (tentang Kedatangan Kembali) dan kemuliaanNya (saat
di atas Bukit) tetapi bukan ketuhananNya.
b.Mengambil
rupa seorang hamba (ay. 7)—pernah memerintah dan dapat memerintah dunia, tetapi
memilih melayani; bisa dating sebagai anak raja, anak orang kaya, tetapi malah
anak tukang kayu.
c. Saat rela menjadi daging; tanpa reputasi; mengambil
rupa seorang hamba; menjadi manusia seutuhnya (band. Ibr. 2:14, 17-18; 4:15;
5:7)—makan, minum, sedih, tidur!
d.Merendahkan diriNya dan taat sampai mati (band. Ibr.
5:8) meski pun Dia tidak harus mati, apalagi mungkin memilih kematian yang
tenang.
3.
Yesus
yang sesungguhnya akan sangat tidak menarik bagi kita (Yes. 53:1-5). Hanya
orang yang beriman yang mengenaliNya, sementara yang lain mengabaikan-Nya. 4. Jika kita memiliki pikiran Kristus, kita pasti akan membuka ruang bagi kebutuhan orang lain. Dan itu selalu perlu pengorbanan. Jika Yesus dapat mengorbankan kemuliaanNya di surge, kita tentunya juga dapat mengorbankan apa yang kita anggap berharga bagiNya.
III. Mengapa
Yesus Melakukannya? (ay. 9)
1.
Yesus
mengosongkan diriNya untuk menjadi sama dengan kita (Rm. 15:1-3; Yes. 53:4-6) 2. Yesus melakukannya agar kita bisa memahami apa artinya memiliki pikiran Kristus itu—kerelaan untuk menjadi hamba (band. Yoh. 13)—Yesus membasuh kaki murid-muridNya.
a.Kerendahan
hati adalah sesuatu yang harus kita terus doakan, sekaligus sesuatu yang tidak
pernah akan kita capai saat kita merasa memilikinya.
b.Kristus
rela mati supaya kita hidup dan bukan hidup untuk diri sendiri!
3. Yesus melakukannya
untuk menyelesaikan dosa kita 4. Seberapa sering kita tersinggung karena kita tidak mendapat pengakuan dari orang atas apa yang kita pikir pantas atau karena orang menyinggung kita? Orang yang memiliki pikiran Kristus adalah orang yang akan melakukan apapun hanya untuk menyenangkan Dia saja!
5. Seberapa sering gengsi dan kesombongan kita menghalangi kita untuk mengakui bahwa kita memang salah, menghalangi kita untuk melakukan sesuatu bagi orang lain karena kita menganggap suatu karya itu remeh dan tidak pantas untuk kita.
KESIMPULAN
- Apa yang Yesus Kristus lakukan ini mengingatkan kita akan visi dan misi Jemaat Tuhan! (Flp. 2:1-4). Ini adalah pilihan! Pilihan yang benar akan membuat jemaat menjadi maju dan besar!
- Yesus adalah Allah dan kita harus menaati Dia! Yesus dengan rendah hati melayani, marilah kita juga melakukan hal yang sama—Natal menjadi saat untuk MEMBERI lebih dari MENDAPAT.
- Jika Anda merasa terlupakan, diremehkan, atau terhilang, ketahuilah bahwa Allah peduli pada Anda … Dia turun untuk dapat menjangkau Anda. Natal adalah undangan bagi Anda untuk datang!